Sulit Mendapatkan Air, Petani Bungaraya Terancam Gagal Tanam Musim Ini

Siak3,390 views

SIAK, (Publiknews.com) – Sebagai kecamatan Lumbung padi di kota Istana, Bungaraya terdapat hamparan sawah yang luas. Namun, apa jadinya, jika hamparan yang luas itu gersang bak padang pasir di negara Afrika. Melihat kejadian ini, sebagain besar masyarakat kecamatan Bungaraya, kabupaten Siak, Riau merasa ada yang salah dengan sistem pengairan yang ada di sana. Seharusnya bulan ini memasuki masa penyemaian dan pengolahan lahan, akibatnya tertunda hingga saat ini.

Hal itu diungkapkan Warsidi, salah seorang petani asal kampung Kemuning Muda beberapa hari lalu. Ia mengeluhkan adanya kekurangan debit air yang biasanya digunakan untuk mengairi sawah menjelang masa penyemaian tiba.

“Debit air yang ada tidak bisa mengairi sawah petani di kampung ini. Biasanya, bulan ini petani di sini sudah melakukan penyemaian bibit. Beda dengan sekarang, jangankan untuk nyemai bibit, mengolah lahan saja kami tidak bisa karena gak ada airnya,” kata Warsidi kepada Publiknews.com, Senin, (14/10/2019) siang.

Warsidi juga mengatakan, pada hari Ahad kemarin, seluruh petani yang ada di kampungnya melakukan rapat dengan pembahasan masalah air dengan pihak pemerintah kampung. Namun, hasilnya belum ada kesepakatan dan rapat akan dilakukan kembali beberapa hari kemudian dengan melibatkan seluruh aparat pemerintah yang ada.

“Hari Ahad semalam, kami sudah melakukan rapat dengan kepala kampung atau Penghulu. Hadir juga acara itu dari anggota Koramil, Bhabinkamtibmas dan beberapa ketua kelompok tani yang ada di sini. Namun, rapat itu belum membuahkan hasil kata mufakat. Kalau tidak ada halangan, hari Selasa besok atau Rabu akan dilakukan rapat kembali dengan melibatkan pihak pemerintah kampung, kecamatan, dinas Pertanian dan PU guna mencarikan solusi,” lanjutnya.

Sementara itu, salah satu Juru pengairan kecamatan Bungaraya Badru Zaman mengatakan, saat ini jika petani mengandalkan pengairan dari Pompanisasi yang ada, tidak bisa memenuhi kebutuhan air seluruh petani se-kecamatan.

“Kalau dari mesin Pompanisasi yang ada saat ini, tidak mampu mencukupi kebutuhan air seluruh petani yang ada di kecamatan ini mas,” katanya.

Badru juga menjelaskan, kekeringan itu terjadi semenjak adanya sekat kanal yang dibangun oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) yang ada di HGU milik sebuah perusahaan.

“Makanya, hari Ahad semalam masyarakat melakukan rapat koordinasi dengan pihak pemerintah kampung terkait masalah skat kanal BRG tersebut,” urainya.

Senada juga disampaikan Anjas warga lain, ia dengan tegas mengatakan, jika dalam waktu dekat ini masalah air tidak teratasi, ia mengancam akan menjebol tanggul milik perusahaan yang dianggap menjadi masalah kekeringan di sawah mereka.

“Pokoknya dalam waktu dekat ini masalah air tidak teratasi, kami akan melakukan penjebolan tanggul atau skat kanal di HGU milik salah satu perusahaan yang ada di atas. Sebab, semenjak adanya skat kanal itu, kami petani di kampung Kemuning kesulitan mendapatkan air untuk persawahan,” tegasnya.

Hingga diterbitkannya berita ini, awak media belum bisa mendapatkan keterangan dari Intansi terkait. Baik dari pihak pemilik HGU dan Intansi terkait yang menangani masalah tersebut.

Laporan : Koko

[ays_poll id=1]

Lihat Berita dan Artikel Terbaru Publik News Lainnya di Google News


Redaksi Publik News menerima kiriman berita, rilis pers dan opini. Kirim ke: mediapubliknewscom@gmail.com atau WhatsApp: 0852 7213 4500

Komentar