SUMUT, (Publiknews.com) – Peristiwa pengeroyokan terjadi kembali diduga dilakukan sejumlah kakak kelas sekolah dasar (SD) terhadap adik kelasnya.
Melalui video pendek yang beredar luas di media sosial, tampak seorang bocah SD meringkuk dan menangis kala kakak kelasnya memukuli dan menendangnya secara bergantian.
Usut punya usut, ada sosok dalang di balik peristiwa itu dimana seorang pemuda diduga menyuruh sejumlah kakak kelas untuk memukuli korban dengan imbalan sejumlah uang.
Melansir akun Twitter pengguna bernama @yuzanst video kekerasan tersebut diunggah pada 27 Agustus lalu.
Tampak dua kakak kelas bergantian menghujani korban dengan bogem mentah dan tendangan.
Tidak terlihat adanya perlawanan dari korban, ia tampak menangis saat kakak kelasnya melayangkan kekerasan terhadapnya.
Bahkan, ketika salah satu dari kakak kelasnya tersebut memberi pukulan bertubi-tubi ke kepalanya dan diakhiri dengan tendangan di belakangnya.
Tak berhenti sampai di situ, kakak kelas yang memakai seragam yang sama dengannya melompat dan mengarahkan tendangan ke dadanya.
Ia lalu memelintir kepala bocah itu seolah hendak dipatahkan namun ditahannya, lalu kakak kelas yang memakai seragam merah putih datang dan menjitak kepala bocah tersebut berulang kali.
Mereka juga menendang dan memukul di bagian belakangnya, diakhiri dengan tendangan di kepalanya.
Tendangan itu membuat bocah tersebut langsung memegang telinganya dan hanya bisa menangis, terdengar sesekali ia menyebutkan kata mama.
Video ini telah ditonton lebih dari 1 juta kali dan sudah ditweet ulang sebanyak 15 ribu lebih. Tak sedikit pula warganet yang merasa prihatin dan menyayangkan aksi kekerasan ini.
Diketahui bocah bernama AR yang menjadi menjadi korban pemukulan tersebut.
AR adalah siswa kelas 4 SD Negeri 117852 Ambacang, Desa Siamporik, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labura.
Sedangkan dua orang pelaku berinsial A (6 SD) dan R (5 SD) merupakan kakak kelas korban.
Sementara siswa yang merekam video aksi kekerasan adalah siswa kelas 5 SD berinisial U.
Kronologi Kejadian
Masih mengutip laman yang sama, salah satu Halaman Facebook bernama Potert Labura turut membeberkan kronologi kejadian tersebut.
Dikonfirmasi Tribunnews via Facebook Messenger, Irsyad Kamil, Founder Potret Labura, membenarkan kejadian yang menimpa AR.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Irsyad, peristiwa terjadi pada Rabu (21/8/2019), sekitar pukul 06.00 WIB.
Irsyad menjelaskan, pengeroyokan yang dialami AR terjadi sebelum bel masuk berbunyi dan guru belum datang.
Menurut Irsyad, A dan R disuruh oleh remaja luar sekolah yang saat itu sedang berada di lokasi.
“Pertama kali kronologinya A dan R berantem dengan W (teman sekolah lainnya). Setelah itu, remaja setempat tidak kami sebutkan namanya menyuruh A dan R memukul dan menendang AR,” ujar Irsyad.
Irsyad juga mengatakan, tidak diketahui motif remaja tersebut untuk menyuruh A dan R memukul AR.
Namun, remaja itu mengiming-imingi pelaku dengan uang agar mereka mau memukul dan menendang AR.
“Disitulah korban dipukulin juga ditendang A dan R,” lanjut Irsyad.
Founder Potret Labura itu juga mengungkapkan, awalnya kasus ini belum mendapat penindakan intensif dari sekolah hingga hampir seminggu berselang.
Beberapa waktu kemudian, sebuah halaman Facebook setempat lain mengunggah video kekerasan tersebut.
Berdasarkan keterangan Irsyad, video yang diunggah halaman Facebook setempat itu didapatkan dari saudara korban, meskipun belum diketahui dari mana akar video bermula.
Namun, selang beberapa menit, unggahan video itu dihapus.
Potret Labura yang juga mengunggah kasus itu, memutuskan untuk mempertahankan unggahannya.
“Kami Potret Labura, tidak menghapus postingan itu di FB, IG, dan Fanpages, guna agar kasus itu segera ditindakanjuti,” tegas Irsyad.
Berdasarkan penelusuran Publiknews.com yang dilansir dari Tribunnews pada unggahan Potret Labura, perwakilan DPD KNPI hingga Camat Kualuh Selatan mengunjungi AR atas kasusnya yang menggegerkan jagad maya maupun warga setempat.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Labura, Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Labura, dan Kepala Desa Siamporik.
Pertemuan itu dilakukan dalam rangka perdamaian.
Perdamaian dimediasi dan difasilitasi oleh sekolah, dan didukung oleh KPAID, kepala desa, dan camat.
Dalam unggahan lainnya, terdapat sebuah video yang menunjukkan AR sedang dipeluk oleh pihak sekolah.
Video tersebut memperdengarkan suara seorang wanita yang mengatakan bahwa Camat memberikan uang kepada AR.
Video memperdengarkan suara seorang wanita yang mengatakan bahwa Camat memberikan uang kepada AR.”Iya karena sudah damai tadi, apa dikasih Pak Camat tadi uang tadi,” ujar wanita tersebut.
Mengonfirmasi hal itu, Irsyad membenarkan apa yang dikatakan wanita yang terdengar suaranya dalam video tersebut.
“Dalam video itu benar, katanya camat memberikan sejumlah uang ke AR, namun tak tahu nominalnya, kabarnya 500.000,” kata Irsyad.
Irsyad menambahkan, pemberian uang kepada korban merupakan partisipasi camat agar AR dapat tersenyum kembali.
“Itu partisipasi camat dan untuk melihat anak tersebut tersenyum kembali,” imbuhnya.
Sementara orang tua siswa yang bersangkutan telah menandatangani surat perjanjian atas akasi damai kedua belah pihak.(tribun)
Editor: Ge. Setiawan
Lihat Berita dan Artikel Terbaru Publik News Lainnya di Google News
Redaksi Publik News menerima kiriman berita, rilis pers dan opini. Kirim ke: mediapubliknewscom@gmail.com atau WhatsApp: 0852 7213 4500
Komentar