Gambaran Kisah Para Relawan Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut

Peristiwa2,289 views

KALIMANTAN, (Publiknews.com) – Kebakaran hutan dan lahan gambut (Karhutla) yang terjadi disejumlah wilayah Indonesia, menjadi perhatian bagi sejumlah pihak. Pasalnya kejadian yang mengakibatkan tertutupnya langit di sejumlah wilayah dengan kabut asap tersebut mengakibatkan berbagai kerugian baik untuk manusia dan ekosistem alam.

Pemadaman dan penanganan Karhutla, hingga saat ini masih terus dilakukan disejumlah titik lahan gambut di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pemadaman yang terus dilakukan tak hanya melibatkan pihak pemerintah terkait kebencanaan, namun juga sejumlah organisasi peduli kemanusiaan dan organisasi lingkungan turut andil dalam menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan gambut.

Seperti enam orang volunteer yang mengatasnamakan ‘Sekolah Relawan’. Dengan dasar rasa kemanusiaan, dan kepeduliannya terhadap bencana Karhutla, enam relawan berangkat dari Depok, Jawa Barat untuk membantu memadamkan api yang menjalar di lahan gambut, dan mendinginkan lahan gambut agar api tak muncul kembali.

Yogi, salah satu relawan asal Depok menyatakan bahwa dasar keinginannya untuk ikut menjadi relawan didalam satuan tugas pemadaman Karhutla, dikarenakan adanya kebakaran hutan dan lahan gambut yang berdampak bagi masyarakat Kalimantan, juga merupakan dampak bagi dirinya yang berada di Pulau Jawa.

“Karena kita inikan sama aja saudara ya, jadi kita juga merasakan apa yang masyarakat Kalimantan rasakan. Makanya kita tergerak untuk mencoba membantu mereka dengan apa yang kita bisa,” ujar Yogi kepada RRI sambil memadamkan api dan mendinginkan lahan gambut di Palangkaraya, Kalimantan Tengah Sabtu, (21/9/2019).

Dengan datang ke Kalimantan Tengah dan menyewakan tempat bermalam di kawasan Bangas Permai, Yogi mengungkapkan bahwa misinya tak hanya untuk membantu pemadaman dan pendinginan lahan gambut yang terbakar. Yogi mengatakan bahwa tempat yang disewanya sebagai tempat beristirahat (basecamp) namun tempat tersebut jelas Yogi, juga sebagai tempat sosialisasi bagi masyarakat, untuk menggunakan berbagai macam peralatan rumah tangga dalam menangani kabut asap yang datang kerumah-rumah penduduk.

“Kami sewa tempat di Bangas Permai, selain untuk istirahat (basecamp) yang kami beri nama ‘Rumah Aman Asap’. Disitu juga masyarakat bisa meniru atau menduplikasi cara dan teknis untuk rumah aman asap, cara dan teknis kita lebih mudah dan terjangkau pembuatannya. Seperti filterasi udara pake kain planel, dna juga kipas angin (blower) yang bisa keluar air gitu, kita juga sediain oksigen sama masker,” lanjutnya lagi.

Selain Yogi, anggota ‘Sekolah Relawan’ lainnya Roni juga turut gabung dalam relawan pemadaman kebakaran dilahan gambut. Roni menuturkan bahwa Ia harus merelakan tertundanya rangkaian dan proses acara pernikahannya yang telah lama direncanakan sebelumnya. Dasar kerelaannya ungkap Roni, dikarenakan bahwa dalam prioritas utamanya, masih banyak orang-orang yang lebih membutuhkan bantuan

“Sebenernya saya sendiri gak mau berangkat kesini, karena saya jauh-jauh hari udah ngajuin cuti untuk proses pernikahan, mau lamaran. Banyak orang yang lebih prioritas untuk kita bantu, masih banyak orang yang sangat membutuhkan. Ini gak bakal bisa saya lupain, dimana udah planning akan ketemu calon mertua dan lain-lain, tahu-tahu ada bencana ya udah resiko. Ketika disini pada tutup hidung, kita juga gak bisa tutup mata dan telinga (kejadian disini), jadi jiwa kemanusiaan kita terpanggil,” ujar Roni, Tim media dan dokumentasi dari Sekolah Relawan.

Meskipun banyak pertimbangan akan rencana pernikahannya menjadi tertunda, yang dikarenakan terpanggilnya jiwa kemanusiaan menjadi hal utama sebagai prioritas Roni untuk saling menolong. Untuk itu Roni yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Kalimantan dalam misi kemanusiaannya mengungkapkan bahwa dirinya hanya bisa berharap, kepada seluruh keluarganya untuk dapat menunggu kepulangannya, sehingga dapat melanjutkan kembali rangkaian proses acara pernikahannya setelah selesai menjalankan tugas kemanusiaan di Kalimantan.

“Ya karena dia tau passion (gairah) kita di kemanusiaan yaudah, walaupun sedikit kecewa. Tapi ya nanti mereka (keluarga) tau kok, jadi lebih terbuka, karena ada hal yang besar dan lebih utama untuk di prioritaskan. Jadi ya hanya menunggu kita (saya) pulang sampai langit di Palangkaraya membiru kembali,” tutup Roni, sambil membayangkan keluarganya di Depok, Jawa Barat.(rri)

Editor: Ge. Setiawan

[ays_poll id=1]

Lihat Berita dan Artikel Terbaru Publik News Lainnya di Google News


Redaksi Publik News menerima kiriman berita, rilis pers dan opini. Kirim ke: mediapubliknewscom@gmail.com atau WhatsApp: 0852 7213 4500

Komentar