Indonesia Sudah Positif Virus Corona, Para Ahli Kebingungan

Nasional6,381 views

JAKARTA, PUBLIKNEWS.COM – Jumlah kasus positif infeksi virus corona Covid-19 masih terus meningkat di seluruh dunia.

Selain itu, angka kematian terus bertambah dan mengalami peningkatan signifikan di beberapa negara di luar China.

Di Indonesia sendiri sudah ada dua orang yang telah dinyatakan positif terkena virus corona.

Kabar adanya WNI yang dinyatakan positif virus corona ini, disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam konferensi persnya, Senin (2/3/2020) kemarin.

Hingga Selasa (3/3/2020) pagi hari ini, total kasus infeksi yang telah tercatat di seluruh dunia adalah sebanyak 90.255 kasus.

Dari kasus-kasus infeksi yang terjadi, ada 3.080 kematian yang terjadi di seluruh dunia dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 45.202.

Orang yang beresiko meninggal karena virus corona

Para ahli pun kemudian menyoroti orang-orang seperti apa yang paling berisiko meninggal dunia karena virus corona.

Dilansir dari Asia One, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menaikkan penilaian risiko globalnya ke tingkat tertinggi pada hari Jumat lalu.

Dengan adanya krisis kesehatan global semakin mendekati pandemi, virus corona sendiri dianggap WHO sebagai virus yang mudah menular dan tidak separah SARS.

Di antara mereka yang mudah terinfeksi virus adalah orang dewasa yang sudah berumur tua.

Juga orang dengan kondisi jantung yang sudah lemah atau hipertensi, menghadapi risiko yang lebih tinggi terhadap kematian karena virus corona.

Kesimpulan tersebut diambil dari statistik awal, termasuk dari penelitian yang mencakup lebih dari 72.000 pasien di China.

Dari 44.700 infeksi yang dikonfirmasi melalui tes laboratorium pada pertengahan Februari, lebih dari 80 persen kematian berusia setidaknya 60 tahun, dengan separuhnya berusia 70 tahun lebih, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam CDC Weekly China resmi.

Laporan awal dari luar China juga mengatakan hal yang serupa.

12 korban pertama yang dilaporkan di Italia sebagian besar berusia 80 tahun keatas.

Bahkan dari sampel kecil itu tidak ada yang berusia di bawah 60 tahun, beberapa di antaranya memiliki masalah jantung.

Pria dalam penelitian di China lebih cenderung rentan meninggal daripada perempuan dengan selisih hampir 3 banding 2.

Apakah ini beralasan dari perilaku sehari-hari (terutama bahwa kebanyakan pria di Cina merokok, sementara perempuan hanya beberapa) atau faktor biologis, seperti perbedaan hormon, hingga kini masih belum diketahui.

Bagaimana dengan virus corona pada anak-anak?

Satu temuan yang mengejutkan dari penelitian di China adalah bahwa hampir tidak adanya kasus yang menyerang anak-anak.

Satu persen infeksi menyerang kelompok usia 10-19 tahun.

Anak-anak di bawah 10 mencapai kurang dari satu persen, tanpa kematian dilaporkan.

“Kami masih berusaha untuk menutupi kekurangan kasus di antara mereka yang berusia di bawah 20,” kata Dr Cecile Viboud, seorang ahli epidemiologi di Pusat Internasional Kesehatan Nasional Institut Fogarty AS, kepada AFP dalam sebuah wawancara.

“Apakah itu karena anak-anak kecil lebih rentan daripada orang dewasa, dan dengan demikian tidak terinfeksi? Atau jika mereka terinfeksi, mereka tidak akan sampai parah.”

Sangat mengejutkan bahwa infeksi pada orang-orang yang sangat muda sangat rendah, karena mereka cenderung menjadi yang paling rentan dengan infeksi pernapasan – apakah virus atau bakteri, kata Cecile.

Dr David Fisman, seorang ahli epidemiologi di Universitas Toronto, juga kebingungan dengan fakta tentang virus corona dan anak-anak tersebut.

“Di mana anak-anak yang terinfeksi?” tulisnya dalam email.

“Ini penting – mungkin anak-anak tidak diuji karena mereka memiliki gejala ringan.”

Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa anak-anak di China tidak bersekolah untuk liburan Tahun Baru Cina ketika virus mulai menyebar secara luas pada bulan Januari lalu.

Kebijakan Indonesia terhadap wabah virus corona

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai pemerintah tidak memiliki kebijakan yang jelas mengenai penanganan dan pencegahan mewabahnya virus corona.

“Sekarang memang karena tidak jelas sebetulnya untuk Covid-19 itu bagaimana policy-nya pemerintah selain hanya berdoa dan tidak, tidak ada, tidak ada (yang positif terjangkit virus corona),” ujar Agus dilansir dari Kompas.com, Minggu (1/3/2020).

Menurut Agus, pemerintah belum memberikan petunjuk jelas.

Misalnya, terkait apa yang harus dilakukan masyarakat dan ke mana tempat yang harus dituju jika mengalami gejala penyakit yang disebabkan covid-19.

Selain itu, Agus juga menyinggung soal kontrol terhadap masuknya orang asing ke Indonesia, baik melalui bandara maupun pelabuhan.

Dalam pandangannya, tak ada kebijakan penanganan yang konkret dalam menangani situasi yang membahayakan.

“Kita ke mana nih kalau ada yang kena, kan enggak ada petunjuk itu ke publik, saya belum dengar yang pasti kecuali tadi, berdoa, dan sebagainya. Itu lebih berbahaya menurut saya, karena real policy-nya seperti apa sih, siapa yang mengawasi,” ujar dia.

“Misalnya, sekarang kita punya 34 bandara internasional, dengan situasi seperti ini sebetulnya hanya dibuka katakan tidak lebih dari 3 bandara, Soekarno-Hatta, Denpasar sama Kualanamu sehingga kontrol dari orang asing yang masuk ke sini kan jelas. Kebijakan itu pun kan tidak ada,” sambung Agus.

Ia pun tak memungkiri bahwa pendekatan penanganan pemerintah dalam isu ini lebih kepada sektor ekonomi.

Agus menuturkan, hal itu tak lepas dari kondisi ekonomi masyarakat serta bencana banjir yang baru saja melanda sejumlah kota di Indonesia.

“Kita sudah krisis ini dari sisi kebijakannya. Jadi itu makanya penyakitnya dianggap tidak serius memang,” kata Agus.

Sumber : Tribunnews
[ays_poll id=1]

Lihat Berita dan Artikel Terbaru Publik News Lainnya di Google News


Redaksi Publik News menerima kiriman berita, rilis pers dan opini. Kirim ke: mediapubliknewscom@gmail.com atau WhatsApp: 0852 7213 4500

Komentar