Warga Batam Wajib Waspada, Virus Corona Makin Meluas di Singapura, Korban Terus Bertambah

Batam65,716 views

BATAM, PUBLIKNEWS.COM – Kota Batam merupakan daerah paling dekat dari Negara Singapura di Indonesia ini.

Saat ini, penderita Virus Corona di Negara Singapura terus bertambah.

Dari Data yang diketahui terakhir sudah 10 orang yang positif terkena Virus Corona tersebut.

Tentunya Kota Batam harus segera melakukan pencegahan secara cepat apalagi setiap harinya lalu lalang kapal dari Singapura dan Batam selalu ada.

Namun sejauh ini pemerintah setempat sudah melakukan diteksi dini di sejumlah pelabuhan Internasional di Batam.

Penyebaran Virus Corona semakin mengkhawatirkan.

Virus asal Wuhan, Tiongkok, ini pun kembali menambah jumlah korbannya di Negara Singapura.

Hal ini ditegaskan oleh Duta Besar Indonesia untuk Singapura, I Gede Ngurah Swajaya. Kepada Tribun Batam, dia menuturkan jika penderita virus berbahaya ini semakin bertambah.

“Total hari ini 10 kasus positif,” tegasnya, Rabu (29/1/2020) malam. Menurutnya, kebanyakan dari penderita ini adalah warga Tiongkok.

“Belum ada laporan warga lokal yang terkena,” sambungnya.

Semua kasus pun menurut Gede telah ditampung oleh National Centre for Infectious Diseases (NCID).

Sementara itu, penyebaran Virus Corona sendiri di Batam turut mendapat sorotan. Sebab, Batam berada dekat dengan negara yang terkenal dengan patung singanya ini.

Terbaru, warga pun mulai ketakutan. Terbukti dengan habisnya stok masker di beberapa apotek dan warung waralaba.

“Diborong karena takut Virus Corona,” ucap salah satu petugas apotek.

Jumlah korban virus corona menunjukkan kenaikan tajam dari hari ke hari.

Hingga saat ini, Kamis (29/1/2019), jumlah pasien sudah menembus 6.057 orang dan korban tewas mencapai 132 orang.

Itu artinya, jumlah korban virus corona bertambah hampir 1.500 orang dalam sehari, karena Rabu lalu, seperti dilansir arcgis.com, jumlah penderita 4.682 orang. 

Namun data real time dari South China Morning Post, jumlah penderita mencapai 6151 orang.

Begitu juga korban tewas juga naik rata-rata 25 orang per hari dan saat ini dilaporkan 132 jiwa.

Sehari sebelumnya, korban tewas tercatat 107 orang. Jumlah ini juga naik 25 jiwa dari Selasa lalu.

Peningkatan tajam ini membuat China kembali menjadikan rumah sakit yang dibangun selama wabah Sars 2002-03 sebagai pusat karantina.

Laporan terbaru, Kamis (29/1/2019), Rusia juga mengerahkan ahli vaksin mereka untuk bergabung dengan para ahli dari China dan Amerika Serikat untuk segera membuat vaksin.

Rumah Sakit Xiaotangshan, di pinggiran utara Beijing, digunakan pada tahun 2003 untuk mengkarantina pasien SARS, kemudian dikonversi menjadi sanatorium pada tahun 2012.

Pekerja konstruksi dan medis telah ditempatkan di sana selama beberapa hari terakhir, menurut sebuah laporan oleh portal berita Jiemian News, mengutip beberapa sumber.

Hal ini merupakan persiapan baru setelah sebelumnya membangun RS darurat berkapasitas 1.000 kamar di Wuhan dalam waktu 10 hari.

Rumah sakit ini dalam dua bulan berikutnya akan terus dikembangkan untuk 3.000 hingga 4.000 pasien. Di Wuhan, lebih dari 10.000 tempat tidur rumah sakit telah tersedia.

Selain melalui udara, coronavirus juga bisa ditularkan melalui kontak fisik, kata Komisi Kesehatan Nasional China (NHC). Masa inkubasi virus baru rata-rata tiga sampai tujuh hari, dan yang terpanjang tidak lebih dari 14 hari,

NHC menambahkan bahwa jenis virus coronavirus 85 persen mirip dengan SARS. Namun penyebarannya lebih berbahaya karena jika pada SARS, penularan baru terjadi setelah masa inkubasi, corona bisa menular di masa inkubasi.

Berbicara pada pers, Jiao Yahui, wakil kepala biro administrasi medis NHC mengakui kekurangan pasokan medis untuk menahan wabah dan mengobati orang yang terinfeksi.

China mengirim sekitar 6.000 tenaga medis dari seluruh negara ke Hubei.  Lebih dari 4.000 orang sudah ada di sana dan 1.800 lainnya dijadwalkan tiba Selasa malam.

Hanya saja, beberapa personel tambahan tidak dapat dikerahkan karena kurangnya pakaian pelindung.

Di Shanghai, semprotan antivirus spektrum luas yang baru dikembangkan telah digunakan di ruang gawat darurat untuk melindungi staf medis, menurut situs berita Thepaper.cn. Tetapi tidak dapat digunakan untuk pasien karena belum mendapatkan persetujuan.

Data real time korban serta peta penyebaran virus corona dapat dicek DI SINI

https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6

Terpisah, Kepala Eksekutif Hong Kong mengumumkan bahwa mereka akan membatasi lintasbatas China dengan Hong Kong secara drastis.

Jalur kereta api ditutup, dan visa baru dari China dihentikan.Penerbangan ke dan dari China daratan juga akan dikurangi setengahnya, begitu juga angkutan bus.

Evakuasi Sulit

Semakin berbahayanya epidemi virus corona membuat banyak negara berusaha untuk mengevakuasi warga mereka dari Provinsi Hubei, terutama ibu kotanya, Wuhan.

Negara tersebut terpaksa menggunakan pesawat carteran untuk upaya evakuasi karena seluruh penerbangan ke Wuhan dan beberapa bandara di China daratan berhenti beroperasi. 

Kota Wuhan berpenduduk 12 juta jiwa seperti kota hantu karena tak ada aktivitas warga di luar rumah (AFP)

Namun, upaya evakuasi ini tidaklah mudah karena China mengisolasi kota itu dan tidak seorang pun yang boleh keluar dari Wuhan dan 12 kota lainnya di Hubei.

Setidaknya ada 9 juta jiwa yang diisolasi dan dalam pengawasan ketat saat ini.

Pemerintah Indonesia juga berusaha untuk mengevakuasi sekitar 100 mahasiswa Indonesia dari Wuhan.

Namun, yang bisa dilakukan saat ini hanyalah mengirimkan logistik, memberikan belanja tambahan serta mengirim masker N95.

Pesawat tempur Indonesia sudah mendarat di Bandara Wuhan untuk tugas pemberian bantuan tersebut.

Sejumlah negara juga mengirimkan pesawat khusus ke Wuhan, Provinsi Hubei, China, untuk mengevakuasi warganya dari lokasi asal muasal virus corona yang telah menelan korban jiwa 106 orang itu.

Tujuh negara yang melakukan proses evakuasi tersebut antara lain Amerika Serikat (AS) , Jepang, Australia, India, Korea Selatan, Prancis, dan Inggris.

Sekira 240 orang Amerika akan dievakuasi dari Wuhan, Rabu (28/1) pagi waktu setempat, transit di Anchorage, Alaska, sebelum tiba di Ontario, California.

Sejumlah diplomat AS yang bermarkas di Wuhan dan keluarga mereka juga diperkirakan akan dievakuasi menggunakan pesawat khusus, kata seorang pejabat AS.

Dilansir NBC News, Deplu AS menyewa pesawat untuk pemulangan itu, berangkat dari Ontario, California.

“Tempat duduk tersedia di pesawat, akan ditawarkan kepada warga negara AS yang diprioritaskan seperti mereka yang paling berisiko tertular virus jika mereka tetap di Wuhan,” ujar Departemen Luar Negeri AS.

Jepang juga mengirim pesawat sewaan ke Wuhan, Selasa malam, untuk menjemput sekitar 200 warganya. Pesawat akan meninggalkan Wuhan Rabu pagi dan akan tiba di Tokyo pada tengah hari waktu setempat.

Sekira 650 warga Jepang telah meminta untuk kembali ke Jepang, dan pemerintah akan mengirim lebih banyak penerbangan mulai Rabu dan seterusnya.

Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mengatakan pesawat carter membawa bantuan berupa masker dan pakaian pelindung. Kamome, agen perjalanan spesialis turis asal China di Tokyo telah menerima 20 ribu pembatalan menyusul keputusan Beijing yang membatasi warganya ke luar negeri.

Menteri Kesehatan Australia mengatakan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri China untuk memulangkan warga Australia di Wuhan, termasuk 100 pemuda Australia.

Begitu juga India sedang mencari kemungkinan opsi perjalanan keluar dari Provinsi Hubei untuk warganya di Wuhan. Rencana itu muncul setelah ada laporan 56 mahasiswa India di Fakultas Kedokteran Universitas Wuhan telah terperangkap di kota itu.

Korea Selatan mengirim empat pesawat carter untuk mengevakuasi warganya dari Wuhan. Hampir 700 warga Korea Selatan telah mengajukan permohonan untuk diterbangkan keluar dari Wuhan.

Begitu pula Prancis akan menerbangkan warganya dari Wuhan pada minggu unu. Menteri Kesehatan Prancis menyebut ada sekira 800 warga Prancis di Wuhan. Sementara Inggris sedang mencari alternatif untuk membantu warganya yang terperangkap di Wuhan.

Kirim Masker

Sementara Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), melalui Bidang Logistik dan Peralatan, akan mengirimkan bantuan 10 ribu lembar masker N95 untukWNI yang berada di Wuhan dan sekitarnya.

“Ada 10 ribu masker yang dikirim untuk WNI,” ujar Deputi Bidang Logistik dan Peralatan BNPB Prasinta Dewi.

Terdapat 243 WNI yang berada di 17 lokasi karantina virus corona di China.

Sekitar 100 orang mahasiswa berada di Wuhan, lokasi awal ditemukan virus tersebut.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan, pihaknya masih berkoordinasi dengan pemerintah China terkait evakuasi. Langkah ini dilakukan karena wilayah Wuhan masih dalam status tertutup.

“Opsi evakuasi kami sudah bikin semua rencananya. Tetapi kami tetap berkomunikasi dengan otoritas Tiongkok. Kondisi Tiongkok yang lockdown ini menjadi perhatian kita semua,” ujar Retno.

Retno juga berkomunikasi dengan negara lain yang warganya berada di Wuhan. Namun, Retno mengatakan kondisi wilayah karantina membuat evakuasi warga mengalami kesulitan.

“Saya berkomunikasi dengan pemerintah Australia dan mereka juga memiliki opsi itu. Tetapi sekali lagi, karena ada lockdown sehingga menjadi perhatian bersama,” kata Menlu.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto juga tak masalah jika nantinya mereka dievakuasi seluruhnya dari Wuhan. “Tergantung seperti apa modelnya (evakuasi), mau bertahap, mau langsung enggak ada masalah,” ujar Terawan.

Untuk di dalam negeri, Kemenkes juga sudah menyiapkan 21 kapsul evakuasi bagi pasien yang diduga terpapar virus corona.

Kapsul-kapsul tersebut telah disebar di sejumlah daerah untuk memudahkan proses evakuasi pasien. Kemenkes siapkan semua sarana-prasarana, isolasi, rumah sakit, dan sebagainya.

Terawan menyebut, kapsul-kapsul tersebut disiapkan di daerah-daerah yang rawan dikunjungi turis asal China.

Meski demikian, Terawan tak merinci daerah mana saja yang telah menyiapkan kapsul itu. Ia hanga nenyebutkan 3 daerah yakni Jakarta, Makassar (Sulawesi Selatang) dan Manado (Sulawesi Utara). 

Sumber : Tribunnews

[ays_poll id=1]

Lihat Berita dan Artikel Terbaru Publik News Lainnya di Google News


Redaksi Publik News menerima kiriman berita, rilis pers dan opini. Kirim ke: mediapubliknewscom@gmail.com atau WhatsApp: 0852 7213 4500

Komentar